S K S D
Seperti biasa, selalu saja ada hal yang bisa membuatku tak betak betah di kelas, apalagi saat dosen tak kunjung datang. Aku juga tidak tahu, ntah apa yang membuat kaki ini tidak bisa anteng untuk tetap di kelas.
Aku pergi ke lorong kelas, menelusuri kelas demi kelas. Melihat- lihat dosen yang mana masuk di kelas yang mana. Hingga aku tiba di pelataran lorong, tempat sirkulasi udara, melihat-lihat ke arah luar, dan kudapati kawanku menuju ke arah kampus, ku panggili namanya dan aku melambai-lambaikan tangan isyarat ada suara yg memanggil.
Tak sadar, di sebelahku sudah berdiri seorang pria dengan fisiknya yang putih, tinggi, kurus dan hidungnya yang mancung serta rambutnya yang sedikit panjang, tak lupa di sematkan topi kupluk berwarna abu-abu menambah ciri khas dari pria tersebut. Sontak aku pun terkejut, ia semakin mendekat. Aku yang ketakutan lari tunggang langgang menuju kelas. "Siapa sih, sok kenal banget" batinku.
Jam perkuliahan telah usai, aku pulang menuju asrama. Ketika masih di tengah jalan, kudapati kedua temanku sedang berjalan, ku kejar mereka, kupanggili namanya. "Mayang! Miranda!, seruku. Aku lantas berlari menghampiri mereka. "Mau kemana?" tanyaku. "Mau ke kantin, beli roti jhonn, yuk ikut," Mayang menjawab. Aku yang sedang mengalami krisis keuangan karena barusan membeli buku, entah mengapa tetap meng-iya kan ajakan dari kedua temanku tersebut. "Yuklah," jawabku. Kami bertiga jalan menuju kantin yang ada di kampusku.
Jam perkuliahan telah usai, aku pulang menuju asrama. Ketika masih di tengah jalan, kudapati kedua temanku sedang berjalan, ku kejar mereka, kupanggili namanya. "Mayang! Miranda!, seruku. Aku lantas berlari menghampiri mereka. "Mau kemana?" tanyaku. "Mau ke kantin, beli roti jhonn, yuk ikut," Mayang menjawab. Aku yang sedang mengalami krisis keuangan karena barusan membeli buku, entah mengapa tetap meng-iya kan ajakan dari kedua temanku tersebut. "Yuklah," jawabku. Kami bertiga jalan menuju kantin yang ada di kampusku.
¤¤¤
Sesampainya di kantin aku terkejut, kudapati pria bertopi abu-abu sudah bertengger di kedai yang kami datangi. Dia sedang bermain game bersama teman-temannya. Deg. Hatiku berdesir seraya berkata dalam hati. "Kok bisa ya dia di sini".
Sadar akan kehadiran kami, dia hanya melirik ke arah kami. Selanjutnya, ia lanjut memainkan gawainya kembali dan tidak perduli dengan situasi sekitar.
Aku langsung memesan pesanan roti yang akan kami beli. Tak lama kami memesan, dia pergi meninggalkan kedai roti tersebut.
Aku tidak tahu apakah dia mengenali wajahku atau tidak, tapi yang kutahu ia sempat melihatke arahku ketika hendak bangkit dari tempat duduknya.
Ketika dia masih duduk, aku berbisik kepada Mayang "ini yang di depanku ini anak tarbiyah, entah jurusan Bki ntah Mpi". Tadi dia sksd sama aku waktu di deket tangga. Mayang yang tak perduli hanya menjawab "halah biyan baper amat lu.. ". Aku hanya cengengesan.
Komentar
Posting Komentar