Teruntukmu, aku percaya, mengirimkan surat alfatihah untukmu, lebih baik daripada mengutarakan rasa rinduku kepadamu.
Sekelebat memori tentangmu masih sering terlintas di pikiranku, tepatnya seminggu yang lalu. Aku masih ingat bahwa kemarin aku masih mempersiapkan keberangkatanku untuk berlibur (bersamamu?).
Bukan aku yang punya rencana, tapi Tuhan kita yang punya rencana, atas izin-Nya, kita bisa menikmati liburan bersama, memandangi ciptaanNya yang sangat indah dan kamu juga ciptaan-Nya yang sungguh indah.
Tak henti kuucapkan syukur karena telah mengenalmu, aku masih ingat betapa manisnya dirimu, dengan gigi ginsul dan bulu mata lentikmu. Membuat semua ingin sepertimu.
Kamu tak hanya indah rupa, tetapi akhlak, tutur kata, caramu beribadah, pola pikirmu. Sungguh aku kagum akan hal itu.
Awalnya semua biasa saja, entah kenapa pada saat aku melaksanakan shalat maghrib, dan melihatmu mengadahkan tangan membuat hatiku menjadi luluh. Aku tak tau apa yang kau sebut dalam doamu itu, tapi mengapa itu bisa membuatku terinspirasi, setiap hari.
Membuat aku selalu ingin dekat dengan-Nya, selalu merayu-Nya, selalu ingin berlama-lama dengan-Nya dan menunggu-Nya lebih dahulu di setiap aku ingin menjumpai-Nya.
Apapun itu, kuharap kamu baik-baik saja sekarang ya, karena pasti tidak hanya aku yang merinduimu. Tapi percayalah, lantunan alfatihah akan tetap kukirimkan untuk mengutarakan kerinduanku. Semoga kelak kita berjumpa kembali ya.
Amin.
Komentar
Posting Komentar