Cerbung Part1
RUMAH ITU…
Pengumuman
kelulusan telah tersebar luas ke penjuru sekolah, semua siswa kelas tiga
bersorak riang kegirangan mendengar berita yang sudah di tunggu-tunggu itu.
Begitu juga aliya, lafaz syukur tak pernah berhenti keluar dari mulutnya yang
mungil, bibir merah nan indah tampak tersenyum sumringah. Ketika ia membuka
selembar surat yang diberikan oleh wali kelasnya, dia tak langsung membaca isi
surat itu, namun ia hanya mencari tulisan tertebal diantara tulisan-tulisan
yang lainnya.
Dan
disanalah ia menemukan tulisan yang dianggapnya tertebal itu, ia pun membacanya
dengan fasih, LULUS. “Alhamdulillah aku lulus,” katanya. Ucapan
rasa syukur terus terlafazkan dalam hati, fikiran, serta jiwanya. Bagaimana
tidak, semua kerja kerasnya selama tiga tahun telah terbayar sudah dengan hasil
yang sangat memuaskan.
Dengan
tergopoh-gopoh ia berlari menuju rumahnya yang lokasinya tak jauh dari sekolahnya
itu. Sesampainya dirumah dipeluk erat tubuh ibunya yang sangat ia cintai sambil
mengatakan
“Terimakasih Ibu, Alhamdulillah anakmu lulus”.
Ibunya tersenyum
sambil mengatakan
“Selamat
ya Nak”. Dibalas pelukan hangat itu dengan menambahkan kecupan di kening anaknya
yang tingginya sudah berada jauh diatas Ibunya.
Disaat
malam hari, ketika semua orang sudah terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba
terlintas dipikirannya. Keinginan itu, yap “Mondok di Pondok Pesantren”.
Keinginan yang sudah lama ia idam-idamkan, “Apa mungkin ya? Aku kan sudah tamat
SMA...” Ia menggerutu sendiri akan hal itu.
Kreeek.. pintu kamarnya terbuka Ibunya datang menghampirinya.
Seketika
lamunannya pun buyar.
“Belum
tidur Nak?” Ibunya berkata.
Ia
terperanjat, kaget, melihat ibunya yang sudah berada di sampingnya. Ia tidak
menyadari bahwa sedari tadi Ibunya sudah mengetuk pintu dan sesekali memanggil
namanya dengan lembut. Dielusnya pelan puncak kepala anaknya itu.
“Mikirin
apa sih Nak?” Ibunya bertanya.
Aliya terdiam
sejenak.
“Ehmm
ini mah, tiba-tiba aliya pengen mondok mah,” katanya pelan.
“Ehm
soal itu, ini pasti soal keinginanmu yang tidak Mamah izinkan tiga tahun yang
lalu kan Nak?”. Aliya mengangguk pelan. Ibunya menarik nafas panjang…
“Hmm..
Mamah minta maaf ya Nak, Mamah gak
izinin kamu waktu itu, Mamah belum bisa pisah dari Aliya, Mamah gak bisa jauh
dari Aliya, Mamah juga merasa kamu masih sangat kecil waktu itu, Mamah takut
kamu gak kuat”. Kata Ibunya sambil memukul lembut pundak anaknya itu.
“Iya
mah gak papa kok, nyatanya sekarang Aliya juga sudah lulus, dan Alhamdulillah
Aliya juga sudah diterima di Universitas yang Aliya inginkan,” kata Aliya yang
mencoba untuk menguatkan.
“Terima
Kasih ya Nak,” kata Ibunya sambil memeluk tubuh anaknya dengan erat.
“Ahh
Mamahku sayang,” dibalas pelukan hangat itu oleh anaknya yang kini masih
dianggap kecil oleh Ibunya itu.
Dalam
pelukan hangat itu, Ibunya berkata:
“Nak kata teman Mamah di Universitas yang kamu tuju itu ada
asramanya loh Nak. “Serius Mamah?” Tanya Aliya dengan penuh semangat.
“Iya Nak, rencananya Mamah mau masukin ke Asrama itu, supaya ada
yang jagain kamu” balas Ibunya.
“Aliya sih mau-mau aja Mah,” kata Aliya antusias.
“Kata teman Mamah Asrama kampus itu rada-rada semi pesantren gitu, ada
kelas hafalan, bahasa Inggris dan Arabnya juga, kalo Aliya mau biar Mamah kasih
tau Papah, esok kita kesana sambil liat-liat kampus baru kamu,” seru Ibunya.
“Yaudah Mah Aliya mau” kata Aliya.
“Yaudah sekarang kamu cepat tidur, esok pagi kita sama-sama
berangkat kesana,” Ibunya menyeru sambil menarikkan selimut sampai pundak
anaknya.
“Ok Mah” kata Aliya. Ibunya berlalu keluar, mematikan lampu
kemudian menutup pintu kamar anaknya rapat.
Aliya
yang tinggal sendiri di kamar senyum-senyum sendiri sambil tak sabar menunggu
hari esok.
Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali Aliya dan keluarganya sudah bersiap menuju ke Kota
untuk menuju ke kampus yang akan dimasukinya nanti. Setelah berkeliling-keliling
disekitaran kampus, Aliya menemukan gedung yang tampak dari luarnya kelihatan
kusam, gersang, pagarnya reot. Aliya pun bertanya kepada Ibunya.
“Ini
gedung apa Mah?’
“Ini
asrama kamu loh Nak… Inilah tempat tinggalmu nanti disini disini,” jawab Ibunya.
Aliya
tercengang, dalam hatinya berkata “yakin aku tinggal disini?”
Aliya
dan Ibunya terus berjalan, memasuki gerbang, hingga ia tiba di depan pintu
masuk asrama yang terbuka lebar. Di atas pintu masuk itu ada sebuah tulisan,
tulisan yang tak dimengerti Aliya, tulisan yang hanya satu kata namun ia tak
pernah mendengar atau melihatnya. RUSUNAWA.
Komentar
Posting Komentar